Nasakah Drama
Tema : Sahabat
Tokoh
: Rizal , Aldi , Eman , Ihsan , Reza
Janji Persahabatan
Eman menghampiri Ihsan dan Aldi yang
sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing di sebuah pertamanan.
Eman :
“Hey” (sambil memegang bahu Aldi dan Ihsan
)
Ihsan :
(mengalihkan pandangan dari sebuah buku) “Dari mana saja kamuu, Man?”
Eman :
“Nih, tadi abis dari sekolah.”
Ihsan :
“Memangnya ada apa?”
Eman :
“Eskul”
Ihsan :
“lho.. kok pulangnya cepet?”
Eman :
“gak tau nih, pembinanya lagi ada masalah.”
Ihsan :
“Oh” (sambil mengalihkan pandangan ke arah Aldi)
Eman :
(mengerutkan kening seraya mengalihkan pandangan ke Aldi) “Hey, Di!”
Aldi :
(Terkejut dan membidik satu pandangan) “Kenapa?”
Eman :
“lagi dengar lagu apa kamu, Di? serius amat!”
Aldi :
“Hehe, nih lagi dengerin lagunya Ayu Ting-Ting. Alamat Palsu…”
Eman :
“waduh… demam Ayu Ting-Ting dia.” (tertawa)
Aldi :
“Oh ya, Yesi sama Rizal kemana ya?”
Eman :
“lagi eskul mereka mah.”
Ihsan :
“sob, udah masuk waktu Ashar, mendingan pulang aja yuk.”
Aldi :
“yuk, mari…”
Saat jam pelajaran kosong, Rizal
keheranan melihat Aldi tak seperti biasanya.
Rizal :
“kenapa kamu, Di? Kamu punya problem?”
Aldi :
“Tidak, Zal.” (menundukan wajah)
Rizal :
“Sudahlah, Di. Jangan akting melulu, jujur kamu punya masalah atau tidak?”
Aldi :
(menarik tangan Rizal dan bergegas menuju sebatang pohon)
Rizal :
“kenapa kamu ajak aku kesini, Di?”
Aldi :
“Tapi kamu janji, aku kan sahabatmu! jangan memberitakan hal ini kepada
siapapun, terutama Yudha, Meli, Yesi.”
Rizal :
“ya, aku janji!” (Melingkarkan kelingkingnya pada kelingking Aldi)
Aldi :
“Aku mengidap Leukimia akut, Zal.”
Rizal :
“Serius kamu, Di?”
Aldi :
“Tak akan ada gunanya, Zal aku berbohong dalam suasana seperti ini.”
Rizal :
(diam tanpa kata)
Aldi
: “Zal, aku harap tak kan ada
kesedihan di dirimu. Biarkan ini aku saja yang hadapi dan jalani.”
Rizal :
“tapi, Di…”
Aldi :
“Sudahlah, Zal. Jangan terlalu diperpanjang masalah ini adalah bagianku.”
Saat
di sekolah Ihsan dan Reza mengkhawatirkan keadaan Aldi.
Ihsan :
“Za, kamu tahu dimana Aldi?”
Reza :
“Aku fikir kamu tahu keberadaan dia.”
Ihsan : “Aduh, kemana ya dia? Tak biasanya dia belum dateng jam segini,
bentar lagi bel
bunyi lagi.” (wajah khawatir sambil mondar
mandir)
Reza :
“Tak tahu lah.”
Eman menghampiri Ihsan dan Reza dengan
wajah muram dan terburu-buru
Eman :
“kalian ikut aku!”
Reza :
“memangnya mau kemana, Man?” (mengerutkan kening)
Eman :
“Aku juga kurang tahu”
Ihsan :
“Lho kok bisa? Kamu kan yang ajak, napa kamu sendiri yang gak tahu
tujuannya?” (wajah bingung)
Eman :
“tadi aku disuruh Rizal jemput kalian, aku nanya aja dicuekin dia, sudahlah
jangan banyak tanya.”
Ihsan
: “baiklah…”
Sesampainya di tujuan
Ihsan :
“Untuk apa kau bawa kami ke rumah sakit, Man?”
Eman :
“nanti kalian bakalan tahu sendiri”
Ihsan :
(mengerutkan kening )
Reza :
“Rizal???” (memanggil Rizal yang sedang duduk gelisah dengan kebingungan) Rizal : (menatap sejenak tanpa senyum dan
sedikit katapun, yang terlihat di wajahnya
hanyalah risau)
Reza :
“kamu gelisah? Kenapa, Zal?”
Rizal :
(menarik nafas dan berdiri dari tempat duduk). “Ikut aku!”
Eman :
“kemana lagi memangnya, Zal?”
Rizal :
(diam tanpa jawaban dan melangkah menuju pintu keluar rumah sakit)
Eman, Ihsan, dan Reza : (saling
berpandangan bingung)
Sesampainya di tempat tujuan
Ihsan :
“Zal, kenapa rumah Aldi begitu ramai?”
Rizal :
(Berlari menuju rumah Aldi)
Ihsan :
“Siapa yang meninggal, Zal?”
Rizal :
“sahabat kita.” (menundukkan wajah)
Ihsan :
“Gak mungkin, Zal. Aldi itu orang yang ceria aku fikir dia tak memiliki
penyakit
kronis!”
Rizal :
(mengajak duduk untuk menenangkan pikiran sejenak)
Eman :
“san, kita tak kan tahu kapan ajal menjemput, walaupun sesorang itu tak
memiliki penyakit kronis sekalipun, jika
ilahi telah memanggil terjadilah itu, kita
tak bisa berbuat apa-apa, sebab
keputusan-Nya adalah mutlak dan tak akan bisa
di ganggu gugat!”
Rizal : “kamu benar, Man. Tapi Aldi pernah cerita bahwa dia mengidap
penyakit
leukimia akut.”
Eman :
“apa? Leukimia?”
Rizal :
“benar, Man.”
Ihsan :
“terus, kenapa kamu tak beritahukan kamu tentang hal itu?”
Rizal :
“sorry, kawan.”
Ihsan : “sorry apanya? Coba kalau kamu kasih tahu dari dulu, mungkin
kita bias
ngobatin dia sama-sama!” (nada
emosi)
Rizal :
“ma’af, kawan! Bukannya aku tak mau kasih tahu kalian tentang ini, tapi Aldi
yang melarang aku tuk sebarkan hal ini
kepada kalian.”
Ihsan :
“tapi kenapa kau turuti perintah dia. Kan ini demi kebaikan dia dan kita
semua!”
Rizal :
“San, aku cuman menjalankan janjiku.” (wajah emosi)
Eman :
“Sudahlah, sob. Jangan terlalu dipermasalahkan. Yang lalu biarkan berlalu.
Masih
ada yang harus kita hadapi selanjutnya.”
Ihsan :
“Ya, kau Cuma bisa bilang kaya gitu, Man. Tapi kau tak tahu rasa pedih dan rasa
sakit ditinggal seorang sahabat sejati.”
Eman :
“Aku tahu, san ! Tahu! Aku juga pernah ditinggal selamanya dari orang yang aku
sayangi, tapi seseorang
meyakinkan aku untuk tetap bersemangat dan jangan
larut dalam sebuah kesediahan. Dia bilang
manusia pergi selamanya bukanlah
kemauan dia sendiri, tapi
memenuhi panggilan Ilahi!”
Reza : “siapa yang bilang kaya gitu, Man?”
Eman :
“dialah… Aldi.” (dengan senyum tenang)
Reza :
“kau benar?”
Eman : “ya, aku tak bohong sedikitpun. Jadi pesan
Aldi dulu kepadaku adalah pesan
untuk kita semua.”
Ihsan :
“berarti Aldi hidup untuk menghidupkan.”
Eman :
“ya, begitulah, San.”(senyum semangat)
Merekan pun menjalani hidup Dengan
biasa dan mengihklaskan Aldi
DOWNLOAD ALBUM DAVID GUETTA " LISTEN "